Di Ujung musim kemarau
Berdua kita berdiri di atas prahara
Di balik ranggas pohon-pohon kering
Sambil menyanyikan langgam duka
Angin bertiup tiada sejuk
Merontokkan daun-daun cemara
Di balik dahan dan ranting
Kita menyanyikan luka
Rintihan merahpun tergenang
Hari ini jalanan berselimut kabut
Muka kita penuh kapas
Putih
Lalu mengembun
Kembali kita menyanyikan luka
Sambil menitikkan airmata
Merana.....
Merana.....
Mengibarkan prahara
Bencana apalagi yang akan mengguyur hati kta?
Berapa banyak lagi airmata yang tumpah dari mata kita?
Ya Allah..... kami merintih
Lihatlah hati kami menderita penuh luka
Bencana....
Bencana....
Kami merana.....
Berdua kita berdiri di atas prahara
Di balik ranggas pohon-pohon kering
Sambil menyanyikan langgam duka
Angin bertiup tiada sejuk
Merontokkan daun-daun cemara
Di balik dahan dan ranting
Kita menyanyikan luka
Rintihan merahpun tergenang
Hari ini jalanan berselimut kabut
Muka kita penuh kapas
Putih
Lalu mengembun
Kembali kita menyanyikan luka
Sambil menitikkan airmata
Merana.....
Merana.....
Mengibarkan prahara
Bencana apalagi yang akan mengguyur hati kta?
Berapa banyak lagi airmata yang tumpah dari mata kita?
Ya Allah..... kami merintih
Lihatlah hati kami menderita penuh luka
Bencana....
Bencana....
Kami merana.....
takobhalallohumikum minal wamikum takhobalohu yakarim laumikum ya karim,,,
ReplyDeleteminal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin
senja mendekap waktu,,
meminang kemenangan
bermahar kesucian
dari jiwa jiwa yang haus
setelah semusim berkelana
dalam sahara mencari makna
fitrah mungkin belum sempurna
setelah
ribuan butiran debu dari gumpalan dosa
menyolek ucap,sikap,laku dan nafsu
lewat aksara,,
menjadi duta dari jemari ku
yang memintal rasa dan lembar permohonan
dari khilaf yang pernah tersandang
semoga maaf sahabat berikan
,,,,ariecrutz